Halaman
119
Nilai Moral
7
A. Memberi Komentar tentang Isi Pidato/Ceramah/
Khotbah
B. Membahas Pementasan Drama yang Ditulis Siswa
C. Membandingkan Karakteristik Novel Angkatan 20-an
dan 30-an
D. Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen yang
Sudah Dibaca
Nilai Moral
7
mage59.webshots.com
upload.wikimedia.com
120
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
A. Memberi Komentar tentang Isi Pidato/Ceramah/Khotbah
Sebagai umat beragama kita tentunya telah sering mendengarkan khotbah yang menyerukan
tuntunan kepada kita. Bagaimana menentukan isi pesan secara efektif dalam mendengarkan khotbah?
Pada kegiatan belajar ini kamu akan berlatih mengenali ciri pesan, menentukan isi pesan, dan berlatih
memberikan komentar dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun tentang isi khotbah.
1. Mengenali Ciri Pesan
Tentunya dalam kehidupanmu kamu sering mendapat pesan/nasihat yang dapat
saja terselip dalam pidato/ceramah/khotbah.
D
ari siapa saja kamu mendapat pesan/
nasihat? Amati pesan berikut!
7
Nilai Moral
Ketika selesai mendengarkan
pidato/ceramah/khotbah, kamu
tentu saja ingin memberikan komentas, baik isi maupun cara
penyampaiannya. Agar dapat melakukan hal tersebut, kamu perlu
belajar tentang cara menentukan pokok-pokok isi
pidato, cara
menyampaikan komentar, dan santun bahasa dalam memberikan
komentar. Di samping itu, dalam pembelajaran ini kamu juga akan
belajar tentang sastra, khususnya mengenai drama, pementasan
drama, dan karakteristik novel yang terbit pada masa Angkatan
Tahun 1930-an.
121
Nilai Moral
7
Diskusikan dengan temanmu hal-hal berikut!
a. Apa saja isi nasihat/pesan yang ada dalam contoh tersebut?
b. Dari contoh tersebut, kelompokkan pesan yang bersifat langsung dan pesan yang
bersifat tidak langsung!
c. Jelaskan ciri pesan yang bersifat langsung/tidak langsung ditinjau dari bentuk
bahasanya!
d. Jelaskan ciri pesan/nasihat yang bersifat tidak langsung ditinjau dari bentuk
bahasanya!
2. Menentukan Isi Pesan Khotbah
Tentukanlah isi pesan yang disampaikan dalam khotbah yang kamu dengar! Untuk
mempermudah, tulislah hal-hal penting dalam khotbah yang mendukung isi pesan
tersebut!
Jangan berdua-duaan!
Karena itu berbahaya.
Jaga diri baik-baik! Jangan mudah tergoda
kenikmatan sesaat tetapi menghancurkan
dunia akhirat!
Hati-hatilah memilih teman!
Teman bisa membuat kamu jadi baik
atau malah menjerumuskan.
Tuhan saja mau memaafkan kesalahan
hambanya betapa pun besarnya kesalahan itu.
Mengapa kita manusia tidak mau memaafkan?
Belajar dengan SKS (sistem kebut semalam)
tidak banyak berguna. Mana bisa satu malam
dapat mencerna semua materi?
Bisa-bisa malah sakit waktu ujian.
Cintailah cinta agar hidup
lebih bermakna!
Jangan main api, bisa terbakar nanti!
Pergi ke dunia lepas anakku sayang
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba padang hijau
122
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
Contoh pesan:
3. Memberikan Komentar Isi Khotbah dengan Alasan Logis dan Bahasa yang Santun
Berilah komentar tentang isi khotbah yang kamu dengarkan dari rekaman yang
disajikan gurumu! Selanjutnya, lakukanlah diskusi kelas dengan bantuan gurumu untuk
memberi komentar khotbah dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun! Untuk
mengecek kebenaran komentarmu, rekaman khotbah dapat diputar kembali.
Siswa
yang
dapat menangkap isi pesan secara tepat dan dapat memberi komentar dengan
alasan yang logis dan bahasa yang santun diminta menceritakan proses yang dia lakukan
dalam menyimak tadi. Sebaliknya, siswa yang belum dapat menyimak dengan baik akan
terus meningkatkan kemampuannya dengan cara menyimak yang lebih benar.
B. Membahas Pementasan Drama yang
Ditulis Siswa
Sebelum mementaskan sebuah fragmen atau drama, kita perlu menelaah naskah yang akan
dipentaskan untuk memahami isinya dan untuk menentukan apakah naskah atau teks tersebut cocok
dipentaskan atau tidak. Setelah itu, kita dapat mengaitkan teks tersebut dengan pementasannya
sehingga dapat ditentukan hal-hal yang dibahas terkait dengan pementasannya. Dalam pembelajaran
ini kamu akan berlatih menentukan hal-hal yang perlu dibahas dalam pementasan suatu drama dan
membahas pementasan tersebut melalui diskusi.
1. Mencermati Naskah Drama
Mementaskan fragmen atau drama memerlukan kesungguhan dan kemauan keras.
Kamu harus sanggup bekerja keras dengan disiplin yang tinggi. Banyak hal yang harus
dilakukan untuk suatu pementasan, betapa pun sederhananya pementasan tersebut.
Dalam kegiatan ini kamu akan berlatih mendiskusikan dan membuat catatan untuk
pementasan fragmen. Untuk itu, cermatilah naskah drama berikut ini!
Bentuk pesan: ajakan dan alasan
Marilah kita jauhi obat-obatan terlarang! Agama jelas mengharamkan setiap yang memabukkan.
Mengapa dilarang? Karena semua itu jelas akan menghancurkan kehidupan manusia.
Marilah kita berusaha untuk terus berjalan di jalan Allah! Allah menyukai
orang-orang yang takwa. Allah lebih menyukai lagi anak remaja yang
bertakwa. Mengapa remaja yang bertakwa lebih dicintai Allah? Karena
bertakwa pada masa remaja banyak rintangan Berjalan di atas tuntuna
moral ibarat menggenggam bara. Hati-hatilah melewati masa remaja. Hanya
dengan mendekat kepada Tuhan penciptamu kamu akan selamat.
123
Nilai Moral
7
Bagaimana pendapatmu terhadap cuplikan drama di atas? Apa bedanya teks drama
dengan cerita lain, misalnya: cerpen? Untuk semakin memperluas wawasanmu tentang
drama dan sebagai sarana pelatihan, ikutilah langkah-langkah berikut!
a. Bentuklah kelompok yang setiap kelompok terdiri atas 5—6 orang!
b. Usahakan setiap kelompok terdapat anggota pria dan wanita (hindari pengelompokan
yang homogen, misalnya semua anggota pria atau sebaliknya!)
c. Carilah teks drama yang ada di perpustakaan!
d. Diskusikan dalam kelompokmu naskah (teks) drama tersebut dan buatlah catatan-
catatan yang diperlukan tentang isi naskah tersebut termasuk layak tidaknya naskah
itu dipentaskan di kelas. Kelayakan itu dapat dilihat dari sisi isi cerita,
setting
, dan
kemungkinan pergerakan pemain!
e. Tukarkan hasil kerja kelompokmu kepada kelompok lain dan mintalah mereka
mengoreksi dari segi bahasa, kelengkapan isi, dan cara penulisannya!
f. Laporkan hasil kerja kelompokmu di muka kelas!
Belajar
Para pelaku:
1. Raras
2. Bu Yani/Ibu Raras
3. Arya/ adik Raras
Pentas menggambarkan ruang tengah sebuah rumah yang sederhana. Di situ tersedia meja
besar dan cursi yang berfungsi sebagai meja makan sekaligus sebagai meja belajar. Suasana
tenang dengan sinar lampu yang cukup terang. Tampak Raras dan Arya duduk di kursi sambil
membaca buku pelajaran. Ibu Yani juga ikut membaca buku. Suasana hening karena msing-
masing sibuk dengan pekerjaannya.
01. Bu Yani : (
Menatap Raras). Ingin melanjutkan ke SMA mana, Nak?
02. Raras : Kalau bisa ke SMA 6, Bu!
03. Arya : Mengapa tidak pilih SMA 5, Kak?
04. Raras : Saingannya berat. SMA 6 juga bagus.
05. Bu Yani :
(tersenyum sambil menutup buku)
SMA 6 juga berat loh saingannya! Tapi, tidak apa-apa, Ibu setuju dan
mendoakanmu!
06. Raras : (tersenyum, mendekat mencium pipi Bu Yani)
Terima kasih, Bu. Semoga doa Ibu makbul.
07. Arya
: Jika diterima di SMA 6, traktir ya, Kak!
08. _______: ________________________
dan seterusnya
.
124
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
Catatan tentang Naskah
2. Hal-hal yang Terkait dengan Pementasan Drama
Naskah yang layak untuk dipentaskan di kelas dapat dilatihkan untuk dipentaskan.
Pada saat pementasan , kamu dapat melihat kesesuaian naskah dengan hasil pementasan,
termasuk improvisasi para pemainnya. Untuk lebih mendalami pementasan drama,
diskusikan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan anggota
kelompokmu! Tuliskan jawabanmu dalam buku LKS!
a. Bagaimanakah kesesuaian naskah dengan pementasannya? Adakah improvisasi
yang mendukung?
b. Bagaimanakah kelancaran dialog para pemain?
c. Apakah kon
fl
ik yang terjadi dalam drama tersebut?
d. Bagaimanakah penjiwaan para pemain?
e. Bagaimanakah tata panggung, tata rias, kostum, tata suara, tata cahaya?
f. Dialog-dialog manakah yang seharusnya diucapkan dengan nada tinggi dan dialog-
dialog mana yang diucapkan dengan nada datar?
g. Bagaimanakah pengaturan posisi pemain
(bloking
), pergerakan pemain (
moving
), dan
keluar masuknya pemain di panggung!
h. .............................................................................
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kamu kembangkan dan kamu gunakan
sebagai bahan diskusi kelompok untuk melihat hal-hal yang terkait dengan pementasan
drama.
3. Membahas Pementasan Drama Melalui Diskusi
Tentu kamu pernah menonton pementasan drama atau mungkin kamu termasuk
salah seorang yang mempunyai hobi bermain drama. Pementasan drama tidak hanya
dapat disaksikan di panggung-panggung terbuka atau dalam gedung tertutup, tetapi
dapat juga melalui layar televisi. Menonton drama memang mengasyikkan, bukan?
Apalagi ikut menjadi pemain drama, lebih membanggakan lagi. Untuk menambah
pengalamanmu tentang drama, bacalah kembali teks fragmen dalam pembelajaran
yang lalu, kemudian pentaskan cerita tersebut di muka kelas dengan langkah-langkah
berikut!
Judul Naskah
: ...................................................................................................
Penulis : ...................................................................................................
Tokoh : ...................................................................................................
Tema cerita : ...................................................................................................
Nilai pendidikan dalam cerita : ...................................................................................................
...................................................................................................
Kelayakan untuk dipentaskan : ...................................................................................................
Alasan : ...................................................................................................
125
Nilai Moral
7
a. Berpasanganlah dengan teman di dekatmu dan diskusikan tentang cara mementaskan
cerita tersebut!
b. Berbagi peranlah bersama dengan temanmu dan demonstrasikan di muka kelas!
c. Buatlah undian untuk menentukan giliran setiap kelompok yang akan tampil
memerankan cerita tersebut!
d. Tentukan hal-hal yang dibahas terkait dengan pementasan drama!
e. Diskusikanlah pementasan drama itu, khususnya untuk melihat kelebihan dan
kekurangan pementasannya! Gunakanlah rambu pengamatan berikut ini!
Yang Diamati
Kesesuaian
Sesuai
Tidak Sesuai
1. Penghayatan
a. Tokoh ....
b. Tokoh ....
c. Tokoh ....
2. Kelancaran Dialog
3. Tata panggung
4. Tata rias
5. Kostum
6. ...
C. Membandingkan Karakteristik Novel Angkatan 20-an dan 30-an
Membaca karya sastra novel angkatan 20-an dan 30-an sering terasa sangat mengasyikkan.
Kadang-kadang seseorang dapat hanyut dan tenggelam dalam alur cerita yang dibacanya. Hal itu sering
terjadi bila pembaca menaruh empati kepada tokoh dalam cerita. Membaca karya sastra sesungguhnya
tidak sekadar menikmati keasyikan ceritanya, tetapi yang lebih penting adalah dapat memetik manfaat
dari cerita tersebut. Dalam pembelajaran ini, kamu akan berlatih mengidenti
fi
kasi dan membandingkan
karakteristik novel angkatan 20-an dan 30-an.
1. Membaca Novel Angkatan 20-an dan 30-an
Membaca karya sastra seperti novel memang menyenangkan. Sebuah karya sastra
yang baik tidak hanya dapat menyenangkan bagi pembaca, tetapi juga mengandung
berbagai nilai yang berguna, misalnya nilai budaya, agama, dan nilai-nilai kemanusiaan
lainnya. Roman atau novel yang terkenal seperti
Siti Nurbaya
karangan Marah Rusli
dari angkatan 20-an dan
Layar terkembang
karya Sutan Takdir Alisyahbana (STA) dari
angkatan 30-an kaya akan nilai-nilai budaya. Pernahkah kamu membaca novel-novel
tersebut atau salah satu di antaranya? Kalau belum pernah, carilah buku-buku tersebut
di perpustakaan dan bacalah!
126
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
Agar kita dapat menangkap nilai-nilai dalam karya sastra, kita harus membacanya
secara intensif. Membaca intensif karya sastra telah kamu lakukan sejak kelas satu,
misalnya untuk mengungkapkan pelaku dan wataknya dalam cerpen (cerita pendek).
Pada pembelajaran di kelas dua, juga ada membaca intensif, misalnya untuk menjelaskan
unsur intrinsik novel anak-anak.
Bacalah dengan baik cuplikan cerita berikut!
Di beranda rumah, Maria dan Tuti disapa oleh ayah mereka yang duduk siap berpakaian
stelan, membaca menghadapi meja yang penuh tumpukan koran,
“Siapakah anak muda yang mengantarkan engkau berdua itu, mengapa tidak diajak naik?”
“Entah, kami tiada tahu benar,” jawab Maria, “tetapi rupanya seorang studen Sekolah Tabib
Tinggi. Kami bertemu dengan dia tadi di akuarium dan dari sana kami pulang bersama-sama.”
R. Wiriaatmaja menundukkan kepalanya pula, membaca korannya. Perkataan anaknya itu
tiada sedikit jua pun janggal terdengar kepadanya.
Ia biasa memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya. Sebagai seorang yang
besar dalam didikan cara lama, tetapi tiada menutup matanya kepada perubahan yang berlangsung
setiap hari dalam pergaulan, kabur-kabur terasa kepadanya, bahwa telah demikianlah kehendak
jaman.
Dan ia tiada hendak melawan kehendak jaman, meskipun ia tiada mengeti sepenuh-penuhnya
kehendak jaman itu. Antara dirinya dengan anaknya ada terentang suatu tabir yang halus dan
tiada nyata kelihatan kepadanya. Terutama sekali payah ia hendak mengaji sikap dan pendirian
Tuti yang lain benar nampak kepadanya dari Maria. Apakah gunanya ia sebagai perempuan siang-
malam membuang tenaga dan waktu untuk perkumpulan, rapat di sini, rapat di sana, berpidato
di sini, berpidato di sana? Apakah gunanya buku yang sebanyak itu bersusun dalam lemarinya,
seperdua dari gajinya menjadi kertas saja? Dan sampai sekarang belum dapat ia menduga
mengapa Tuti dahulu memutuskan pertunangannya dengan Hambali, putra Bupati Serang, yang
pasti akan menggantikan kedudukan ayahnya di kemudian hari. Sering ia mencoba berbicara
dengan Tuti untuk mengetahui kata hatinya, tetapi hal itu sedikit tak menjadi terang baginya:
ia tiada mengerti apa tujuan ucapan Tuti yang mengatakan, bahwa tiap-tiap manusia harus
menjalankan penghidupannya sendiri, sesuai dengan deburan jantungnya, bahwa perempuan
pun harus mencari bahagianya dengan jalan menghidupkan sukmanya.
Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya, apalagi sejak berpulang
istrinya dua tahun yang lalu. Dengan tiada insyafnya, dalam dua tahun yang akhir
ini sejak Tuti mengurus rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu
perasaan hormat kepada kekerasan hati dan ketepatan pendirian anaknya yang tua itu. Meskipun
banyak ia tiada mengerti perbuatan dan kegemarannya, tetapi suatu rasa harus diakuinya: segala
isi rumahnya beres sejak diselenggarakan oleh Tuti, jauh lebih beres dan rapi dari ketika mendiang
istrinya masih hidup. Dan hal itu mendamaikan hatinya sebagai ayah terhadap kepada berbagai-
bagai pekerti dan perbuatan anaknya itu yang tiada sesuai dengan pikirannya. Dalam hati kecilnya
timbul suatu perasaan percaya, yang lahir oleh perasaan tiada kuasa untuk menunjukkan yang
lebih baik, “Tuti tentu tahu sendiri, apa yang baik bagi dirinya!”
Dari
: Layar Terkembang
, hlm. 15-16.
127
Nilai Moral
7
Dengan membaca secara intensif, tentu saja kamu akan dapat mengungkapkan atau
menceritakan isi cuplikan novel tersebut dengan kata-katamu sendiri. Untuk mengukur
pemahamanmu terhadap cuplikan novel di atas, kerjakan tugas di bawah ini dengan
langkah-langkah sebagai berikut!
a. Bentuklah kelompok diskusi yang beranggotakan 3—4 orang!
b. Usahakan setiap kelompok terdapat anggota pria dan wanita!
c. Ungkapkanlah sifat/watak tokoh-tokoh dalam cuplikan cerita tersebut dan berikan
ulasan!
d. Tukarkanlah hasil kerja kelompokmu dengan kelompok lain yang terdekat dan
mintalah komentar tentang hasil kerja kelompokmu!
e. Tentukanlah wakil kelompokmu untuk membacakan hasil kerja kelompokmu di
depan kelas!
f. Bacakanlah hasil kerja kelompokmu di depan kelas!
g. Pajanglah hasil kerja kelompokmu di tempat yang telah disediakan!
h. Bacalah hasil kerja kelompok-kelompok lain secara silang dan berikan komentarmu
terhadap hasil kerja kelompok tersebut!
Agar kamu dapat bekerja dengan baik, gunakan format panduan kerja berikut ini!
Format Identi
fi
kasi Sifat/Watak Tokoh
No. Nama Tokoh Sifat/watak
Penjelasan yang menyimpulkan hal itu
1. .....................
................
.....................................................................
..... .....................
................
.....................................................................
..... .....................
................
.....................................................................
..... .....................
................
.....................................................................
2. Mengungkapkan Perasaan dan Pola Pikir Tokoh dalam Novel
Dengan membaca novel, kita dapat mengenal tokoh-tokohnya. Dalam pembelajaran
yang lalu, kamu sudah mengungkapkan sebagian dari tokoh-tokoh dalam novel
Layar
Terkembang
, meskipun lewat cuplikan cerita. Dengan memahami isi novel dengan
membaca intensif, kita tidak hanya dapat mengenal sifat atau watak tokoh-tokohnya,
tetapi kita juga akan dapat mengungkapkan pola pikir dan perasaan para tokoh tersebut.
Tentu beberapa tokoh yang kamu temukan dalam cerita tersebut mempunyai pola pikir
dan perasaan yang berbeda-beda, sesuai dengan peristiwa yang dialaminya. Hal itu
tergambar dari sikap dan perilaku tiap-tiap tokoh.
Cobalah kamu ungkapkan perasaan dan pola pikir tokoh dalam cerita ”Layar
Terkembang” (cuplikan cerita disajikan setelah ini) melalui langkah-langkah berikut!
a. Bentuklah kelompok diskusi yang setiap kelompok terdiri atas 3—4 orang!
b. Bacalah dan diskusikan dalam kelompokmu tentang perasaan dan pola pikir tokoh
dalam cuplikan cerita berikut!
c. Berilah alasan tentang pendapatmu tersebut!
128
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
d. Tukarkan hasil kerja kelompokmu dengan kelompok lain dan mintalah mereka agar
membaca dan memberikan saran atau komentar tentang hasil kerja kelompokmu!
e. Laporkan hasil kerja kelompokmu dengan membacakan secara nyaring di depan
kelas dan mintalah kelompok lain untuk menanggapinya!
f. Pajanglah hasil kerja kelompokmu di tempat yang disediakan!
3. Mengidenti
fi
kasi Karakteristik Novel Angkatan 20-an dan 30-an
Dalam pembelajaran ini, kamu diajak mengidenti
fi
kasi karakteristik novel yang
dapat saja tecermin dari kebiasaan, etika, atau moral tokoh. Dalam cerita, hal itu dapat
atau dramatik (penjelasan karakteristik secara tidak langsung). Perhatikan cuplikan
novel b erikut!
Cuplikan Novel
Layar Terkembang
Tuti terus mengetik lagi. Beberapa lamanya berdetik-detik dan berderes-deres mesin tulis
kena tangannya yang halus. Tetapi, tiba-tiba ia terhenti pula dan tangannya dibenamkannya ke
dalam rambutnya selaku orang putus asa. Berderes dilihatnya kertas pada mesin tulis itu dan
dikerumuk kannya ke dalam keranjang sampah di bawah meja tulisnya.
Ia tidak dapat menahan dirinya lagi. Kepalanya panas dan kuat terasa olehnya urat keningnya
memukul. Ia pun berdiri dan berjalan mondar mandir di dalam kamarnya itu. Sekaliannya sempit
kelihatan olehnya. Seluruh isi kamar itu selaku mati belaka. Alangkah kosong rasa hatinya! Tetapi,
ia tak tahu, tak dapat tahu apa yang dihasratkannya. Lemari buku yang bersusunkan buku-buku
yang setiap hari menjadi teman karibnya itu, pada waktu itu seperti memusuhinya dan tiadalah
terkata benci hatinya melihatnya.
Nafasnya menjadi sesak dan bergegas-gegaslah ia pergi ke belakang. Di kamar mandi
kepalanya dibasahinya sampai dingin terasa olehnya. Waktu ia masuk ke rumah kembali, ia bersua
dengan ayahnya yang sudah sembahyang Isya. Orang tua itu menyapa mengapa ia membasahi
kepalanya, tetapi pertanyaan itu tidak didengarnya.
Tiba di dalam kamarnya kembali dipadamkannya lampu, sebab ia tidak dapat melihat mesin
tulis dan tumpukan kertas di atas mejanya itu lagi. Ia pun merebahkan dirinya di tepi tempat tidur dan
ditutupnya matanya hendak menyenangkan hati dan pikirannya. Sekejap sesungguhnya berhasil
usahanya itu. Tetapi, tiada berapa lama antaranya pikirannya telah mulai berjalan pula tiada
terhambat-hambat. Ia teringat akan pidato- pidato yang gembira di Sala, nampak kepadanya teman-
temannya yang sepikiran dengan dia dalam perjuangan untuk memperbaiki kedudukan perempuan.
Terlihat-lihat olehnya, bagaimana ia dianjung-anjung orang, setelah mengucapkan pidatonya yang
berapi-api. Ia mendapat kepercayaan kongres sepenuhnya. Pikirannya diperhatikan orang benar-
benar dan jaranglah usulnya yang tiada diterima. Maka, bangkitlah kembali kepercayaannya akan
dirinya memikirkan kelebihannya dari perempuan-perempuan lain.
Di tengah-tengah mengawang dalam pelamunan tentang kecakapannya dan kelebihannya dari
perempuan-perempuan lain, pedih rasanya tiba-tiba mencambuk pikirannya akan perselisihannya
dengan Maria. Ia tidak mengerti akan perangai adiknya. Heran ia bahwa sampai demikian
129
Nilai Moral
7
Agar kamu dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, berikut diberikan format
pengerjaannya. Gunakan format ini dengan baik dan kerjakan dalam LKS!
4. Membandingkan Karakteristik Novel Angkatan 20-an dan 30an
Setelah membaca sebuah novel atau karya sastra lainnya, kita dapat mengetahui
isinya, misalnya bagaimana jalan ceritanya, apa yang dialami oleh tokoh-tokohnya,
bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut, dan sebagainya. Sebagian kecil dari isi novel
Layar Terkembang
karya Sutan Takdir Alisyahbana sudah kamu ungkapkan melalui
pembahasan cuplikan ceritanya. Namun, hanya dengan membaca cuplikan ceritanya,
kita tidak mungkin dapat menangkap nilai-nilai yang bermanfaat dari cerita itu secara
lengkap. Oleh karena itu, bacalah novel-novel Indonesia yang banyak dianjurkan dalam
pelajaran, misalnya novel Angkatan 20-an
Siti Nurbaya
karya Marah Rusli!
Agar kamu dapat mengembangkan minat bacamu dan mampu membandingkan
novel Angkatan 20-an dan 30-an dengan baik, kerjakan tugas di bawah ini dengan
langkah-langkah sebagai berikut!
a. Bentuklah kelompok gemar membaca sastra yang anggotanya terdiri atas 6—7 orang!
Usahakan agar setiap kelompok ada pria dan wanita!
b. Kunjungilah perpustakaan sekolah atau perpustakaan wilayah yang ada di daerahmu,
pilihlah salah satu novel dari Angkatan 20 dan satu novel dari Angkatan 30!
c. Bacalah dua novel tersebut dan diskusikan dalam kelompok belajarmu!
d. Secara individu, kemukakan isi dan simpulkan karakteristik tiap-tiap novel itu!
Untuk itu gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut!
perempuan dapat tetambat akan laki-laki. Maria bukan Maria lagi, ia telah menjadi bayang-bayang
Yusuf. Tidak, ia tidak akan menghambakan dirinya kepada laki-laki serupa itu. Percintaan harus
berdasar atas dasar yang nyata; sama-sama menghargai. Perempuan tidak harus mengikat hati
laki-laki oleh karena penyerahannya yang tiada bertimbang dan bertangguh lagi. Perempuan tiada
boleh memudahkan dirinya. Ia harus tahu di mana watas haknya terlanggar dan sampai ke mana
ia harus minta dihormati dari pihak yang lain. Kalau tidak demikian perempuan senantiasa akan
mejadi permainan laki-laki. Dan, daripada menjadi serupa itu, baginya baiklah ia tiada bersuami
seumur hidup....
Format Analisis Perasaan dan Pola Pikir Tokoh
Tokoh 1
:
....................................................................................................
Perasaan
:
....................................................................................................
Pola Pikir
:
....................................................................................................
Alasan
:
....................................................................................................
Tokoh 2
:
....................................................................................................
dst.
....................................................................................................
130
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
1) Siapakah tokoh-tokoh dalam cerita itu?
2) Peristiwa apa saja yang dialami tokoh-tokoh tersebut?
3) Bagaimana jalan ceritanya?
4) Bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut?
5) Apa yang menarik dalam cerita itu?,
6) Bagaimanan karakteristik novel itu?
e. Diskusikan isi novel yang kamu baca dengan kelompokmu di kelas dan ceritakan
kembali isi novel tersebut sebagai ringkasan ceritanya, kemudian isilah tabel di
bawah ini!
f. Untuk memudahkan kerjamu, gunakan format kerja di bawah ini! Kerjakan tugas ini
dalam buku tugas!
Format Perbandingan Karakteristik Novel
Komponen
Novel Angkatan 20
Novel Angkatan 30
Judul
Pengarang
Penerbit
Ringkasan isi
Tema
Tokoh 1
a. Sifat
b. Perasaan
c. Pola Pikir
Tokoh 2 dst.
Latar
Nilai Budaya
Karakteristik
D. Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen yang Sudah Dibaca
Sebuah naskah drama biasanya berisi kumpulan dialog dari para pelaku yang akan diperankan.
Hal inilah yang membedakan naskah drama dengan bentuk karya sastra yang lain, misalnya cerpen.
Dialog-dialog dalam naskah drama dikemas dengan mengikuti kaidah penulisan yang berlaku dalam
naskah drama yang pada dasarnya merupakan tiruan dialog yang hidup. Dalam karya sastra lainnya,
seperti cerpen dan novel, kita juga dapat menemukan dialog para tokoh, tetapi dialog tersebut masih
merupakan rangkaian dari cerita keseluruhan yang bersifat naratif. Pada pelajaran kali ini kita akan
berlatih menulis naskah drama sederhana berdasarkan uraian dan dialog dalam sebuah novel.
131
Nilai Moral
7
1. Mengidenti
fi
kasi Gaya Penulisan Cerpen dan Drama
Pernahkah kamu membaca novel atau cerpen? Novel atau cerpen apa yang kamu
baca? Masih ingatkah tokoh-tokohnya? Bagaimana watak tokoh-tokohnya? Adakah
dialog-dialog dari tokoh-tokoh itu yang berkesan bagi kamu? Berikut ini disajikan
sebuah kutipan cerpen, bacalah dengan saksama!
KENANGAN YANG TERTINGGAL
Oleh: Gola Gong
Ketika rencana pembuatan jalan bebas hambatan itu jadi pembicaraan di surat kabar dan
televisi, maka Buyunglah yang paling gelisah di antara seisi rumah. Bagaimana tidak. Proyek jalan
tol itu melintasi tanah orang tuanya, tempat padepokan seninya berada. Jika tanah orang tuanya
kena gusur, berarti hilang sudah padepokannya, tempat dia belajar kesenian bersama teman-teman
sekolahnya.
Tapi, bapak, ibu, dan kedua kakak perempuannya malah menyambut gembira rencana itu.
Kelihatannya mereka sedang membayangkan uang ganti rugi yang mencapai puluhan juta.
Wah,
Bapakku bisa tambah kaya, nanti!
Pikir Buyung. Dan kalau Buyung mencoba menentang rencana
penggusuran tanah itu, kedua kakaknya pasti menertawakannya dan dengan kompak mengatakan
bahwa dirinya adalah orang yang terlalu mementingkan dirinya sendiri. Egois. Tidak mementingkan
orang banyak.
“Padepokan Buyung bagaimana, Pak?” Protes Buyung manja.
“Padepokan saja yang kamu urusi, Buyung!” kata Bapak agak kesal. Beliau memasukkan
tembakau ke pipa cangklongnya. “Kamu kan bisa bikin lagi di tanah Bapak yang lain! Bikin
padepokan lagi di sana!”
Tanah orang tuanya memang banyak. Warisan turun temurun. Jika tanah tempat padepokannya
itu kena proyek jalan tol, maka tanah bapaknya masih bertebaran. Bapaknya memang terkenal
dengan sebutan feodal, juragan tanah, karena punya tanah di mana-mana. Bapaknya sangat
disegani orang-orang. Tapi, walaupun begitu bapaknya selalu mengelak jika dicalonkan menjadi
kepala desa atau yang lebih tinggi dari itu. Misalnya anggota dewan di kabupaten sekalipun.
Bapaknya cukup merasa bahagia mengurusi usaha dagang material bangunan sambil mengawasi
sawahnya dan sesekali pergi memancing di irigasi.
Sebagai anak bungsu Buyung terus merengek tidak mau terima dengan rencana gila itu. Namun
bapaknya
bilang
, untuk pembangunan kita harus mau berkorban. Apalagi untuk kepentingan umum.
Buyung tidak bisa berkutik. Ya, dia bisa saja membuat lagi padepokan di tanah yang lain, tapi tak
semudah itu! Padepokan seninya sudah dia dirikan sejak SMP. Itu berarti lima tahun yang lalu.
Di tanah bapaknya yang berupa pesawahan, di sebuah sudutnya ada kantong kecil berupa hutan
kecil yang rimbun dengan pepohonan. Ada jambu air, mangga, jambu batu, pepaya, kedondong,
rumpun bambu, dan segerombolan pohon pisang. Dengan seizin bapaknya dibangunlah sebuah
gubuk beratapkan daun kelapa dan bangku-bangku dari bambu di halamannya. Ada panggung
132
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
kecil di tengah-tengahnya, tempat kelompok teater sekolah bermain. Itulah padepokan seninya.
Dia menamai padepokannya dengan sebutan ”Padepokan Rumah Seni”.
Di padepokan itulah Buyung menyalurkan gairah seninya. Hampir setiap sore ia duduk
berangin-angin, melukis para petani, kerbau, lumpur, padi, sungai, irigasi, dan gunung. Setiap
malam Minggu, seusai berkumpul dengan kawan-kawan sekolahnya, Buyung menghabiskan
malam di padepokan bersama teater sekolahnya; menanak nasi liwet sambil berburu belut dan
kodok
swike
di sawah, atau menyembelih ayam. Pada hari-hari yang hening dan romantis, Buyung
membuat puisi dan cerita pendek.
Itulah mengapa padepokan ini sangat penting bagi Buyung. Rasanya tak ada yang berharga
lagi di muka bumi ini setelah keluarga dan kelompok teaternya selain padepokannya. Hancur dan
remuk jiwanya setelah tahu pasti enam bulan lagi segalanya akan dicakar-cakar oleh buldoser.
Akan rata dengan bumi dan di atasnya akan dilapisi aspal panas. Akan dilindasi roda-roda gila
kendaraan yang menuju daerah wisata di pantai Anyer. Orang-orang Jakartalah yang sebetulnya
menuntut jalan tol ini dibuat, karena dengan begitu mereka bisa lebih lancar berwisata ke Anyer.
Berarti Buyung cuma punya sisa waktu enam bulan lagi untuk menghabiskan hari-harinya
bersama kelompok teaternya di padepokan. Bersamaan dengan pengumuman hasil ujian akhir
sekolahnya.
”Pokoknya, dalam sisa waktu yang sedikit ini, Buyung memilih tinggal di padepokannya saja!”
”Buyung!” ibunya berusaha mencegah.
”Biarin aja, Bu!” kata kakak perempuannya yang nomor dua.
Buyung sudah duduk di sadel sepeda gunungnya. Ransel kecil yang penuh dengan
perbekalan
nemplok
di punggungnya. Dia sudah memutuskan untuk mengungsi ke padepokannya,
merasakan bagaimana nikmatnya hidup di padepokan. Menjadi orang bebas dan raja kecil bagi
dirinya sendiri.
”Buyung kan nggak pergi jauh, Bu,” katanya. ”Cuma beberapa kilo saja dari rumah. Kalau Ibu
kangen kan bisa nengok Buyung di padepokan sambil bawa panggang ayam kesukaan Buyung,”
si bungsu itu tersenyum menghibur ibunya. ”Itung-itung menikmati hari-hari terakhir padepokan,
Bu!”
Bapaknya hanya mengangguk saja, membiarkan Buyung dengan pilihannya.
Buyung mengayuhkan sepeda gunungnya ke luar kota. Membelok ke jalan perkampungan.
Angin sore yang segar dan bau lumpur membuat dadanya lapang. Dia menyeberangi jembatan
irigasi. Kini di atas tanah ayahnya sudah dipancang tiang-tiang beton dan kawat berduri. Untuk
mencapai padepokannya, Buyung harus menerobos pagar itu. Ini sangat menyiksa batinnya. Dia
merasa sudah kehilangan padepokannya saat ini juga.
Dikutip dari Antologi Cerpen Pilihan
The Story of Jomblo
, 2005.
133
Nilai Moral
7
Bandingkanlah cuplikan cerpen tersebut dengan cuplikan drama berikut!
Setelah kamu membaca dua bentuk karya sastra itu (cerpen dan drama), cobalah
kamu identi
fi
kasi perbedaan gaya penulisan cerpen dan drama. Kerjakan di buku buku
tugasmu sesuai dengan format berikut!
Gaya Penulisan Cerpen
Gaya Penulisan Drama
Kenangan yang Tertinggal
Para Pelaku:
1. Buyung
2. Ayah
3. Ibu
Pentas menggambarkan suasana ruang depan sebuah rumah di pinggiran kota. Di tengah
ruangan terdapat seperangkat kursi tamu. Tepat di atasnya tergantung sebuah lampu antik yang
sudah mulai menyala karena hari menjelang malam. Ayah duduk di kursi tamu sambil mengisap
rokok melalui pipa cangklongnya. Ibu duduk di kursi berseberangan dengan Ayah. Buyung duduk
bersebelahan dengan Ibu.
01. Buyung : Padepokan Buyung bagaimana, Pak?
02. Ayah
: ( agak kesal) Padepokan saja yang kamu urusi, Buyung! Kamu kan bisa bikin lagi
di tanah Bapak yang lain!
03. Ibu
: (dengan sabar) Iya. Tanah Bapakmu kan cukup banyak. Pilih saja salah satu,
mana yang kamu sukai!
04. Buyung : Em ... Tapi... , kan tidak semudah itu, Bu? (mendekati Ibu)
05.Ibu
: Tidak semudah itu, bagaimana?
06. Buyung : (berkata dengan manja) Iya, Bu. Padepokan itu kan sudah menjadi bagian hidup
Buyung. Masak mau ditinggal begitu saja?
07. Bapak
: Buyung, untuk pembangunan kita harus berkorban. Apalagi, untuk kepentingan
umum!
08. Buyung : ............................................
09. Bapak
: ...............................................................
Catatan
: Yang berada dalam kurung bukan dialog, melainkan tindakan (acting) yang harus
dilakukan para pelaku.
134
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
2. Mengidentikasi Pokok-pokok Cerita
Diskusikan secara berkelompok kutipan cerpen di atas! Identi
fi
kasilah pokok-
pokok cerita lewat pertanyaan: Siapa saja tokoh yang terlibat dalam kutipan cerpen itu?
Apa topik yang dibicarakan? Kapan pembicaraan itu berlangsung? Di mana pembicaraan
itu berlangsung? Bagaimanakah jalan ceritanya? Tuliskan hasil diskusi kelompokmu
dalam format seperti bedrikut ini!
Tokoh-tokoh dalam cerita
: ___________________________________________
Topik pembicaraan para tokoh
: ___________________________________________
Waktu pembicaraan berlangsung pada : ___________________________________________
Tempat pembicaraan
: ___________________________________________
Setelah tugas tersebut selesai kamu kerjakan, tentukan pula isi dialog yang diucapkan
setiap tokoh berdasarkan kutipan cerpen tersebut! Tuliskan hasil diskusi kelompokmu
tentang isi dialog setiap tokoh itu dalam format berikut!
Format Analisis Isi Dialog
Nama Tokoh
No.
Isi Dialog
Masir
1.
“Bibi cerewet, Mak!”
2.
“Tidak usah ke rumah bibi,Yah.”
3. .......................................................
..............
..........
.......................................................
3. Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen yang Dibaca dan Menyuntingnya
Dari kegiatan tersebut, kamu sudah dapat mengidenti
fi
kasi perbedaan gaya
penulisan cerpen dengan drama serta telah dapat mengidenti
fi
kasi pokok-pokok
cerita. Selanjutnya, teruskanlah penulisan naskah drama lanjutan dari contoh di atas
berdasarkan tokoh, topik, s
etting,
dan isi dialog yang ada dalam kutipan cerpen! Kerjakan
tugas ini dalam buku tugasmu!
Untuk menambah kemampuanmu dalam menulis naskah drama, lakukan kegiatan
berikut!
a. Buatlah kelompok baru atau bergabung kembali dengan kelompokmu ketika
mengerjakan tugas di atas!
b. Carilah sebuah cerpen atau novel!
c. Baca dan diskusikan cerpen atau novel itu dengan saksama untuk mengetahui nama-
nama tokoh, topik, latar tempat, setting waktu, alur, letak klimaks dan lain-lain yang
ada dalam cerpen atau novel itu!
d. Tulislah sebuah naskah drama berdasarkan cerpen atau novel yang kamu pilih
seperti kegiatan yang baru kamu lakukan!
135
Nilai Moral
7
e. Setelah selesai, suntinglah tulisan itu dengan cara menukarkan hasil kerja
kelompokmu dengan kelompok lainnya!
f. Diskusikan hasil suntingan kelompok lain kemudian perbaikilah hasil tulisanmu
berdasarkan hasil suntingan dri kelompok lain!
g. Kumpulkan naskah drama yang sudah kamu tulis untuk dimintakan masukan dari
guru atau ahli drama yang ada di kotamu!
Rangkuman
Pada pembelajaran unit 7 bagian A kamu sudah belajar memberikan komentar, mengenali
isi pesan, dan menentukan isi pesan pidato/ceramah/khotbah yang kamu dengarkan. Pesan
dalam pidato dapat disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Pesan langsung
biasanya berupa ajakan, permintaan, atau imbauan, sedangkan pesan tidak langsung tersirat
pada pernyataan yang disampaikan pembicara. Atas dasar pengenalan terhada pesan dan
isi pidato itulah kamu akan dapat memberikan komentar terhadap isi pidato. Komentar
tersebut harus disampaikan secara logis dan dengan bahasa yang santun.
Pada pembelajaran unit 7 bagian B kamu sudah belajar tentang pementasan drama.
Sebelum mementaskan sebuah fragmen atau drama, kita perlu menelaah naskah yang akan
dipentaskan. Penelaahan tersebut bertujuan untuk memahami isinya dan menentukan
apakah naskah tersebut cocok dipentaskan atau tidak. Setelah itu, barulah kita dapat
mengaitkan teks tersebut dengan pementasannya sehingga dapat ditentukan hal-hal yang
akan dibahas. Hal-hal yang perlu ditelaah terkait dengan pementasan drama, antara lain (1)
kesesuaian naskah dengan pementasannya, (2) kelancaran dialog para pelaku, (3) kon
fl
ik
yang terjadi dalam drama, (4) penjiwaan para pemain, (5) tata panggung, tata rias, tata suara,
tata cahaya, kostum, (6) pengaturan posisi para pemain, gerakan pemain, keluar masuknya
pemain, dan (7) berbagai jenis nada dialog.
Pada pembelajaran unit 7 bagian C kamu sudah belajar tentang karya-karta sastra yang
lahir tahun 1920-1930-an. Membaca karya sastra novel/roman yang lahir sekitar tahun
tersebut memang mengasyikkan. Bahkan, bukan hanya dapat menyenangkan pembaca,
melainkan sangat bermanfaat karena dalam novel pada masa itu banyak terkandung nilai-
nilai sosial dan budaya yang masih sesuai dengan kehidupan sekarang, misalnya
Layar
Terkembang
karya Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Dengan membaca novel secara intensif,
pembaca akan dapat mengenal sifat atau watak tokoh-tokohnya. Bahkan, pembaca juga
dapat memahami pola pikir dan perasaan para tokoh dalam novel. Hal-hal tersebut dapat
diambil hikmahnya dalam kehidupam bermasyarakat saat ini.
Pada pembelajaran unit 7 bagian D kamu sudah belajar tentang penulisan drama. Drama
perupakan salah satu jenis karya sastra prosa yang berbentuk dialog. Inilah yang merupakan
karakteristik pembeda dengan jenis karya sastra yang lain, seperti novel dan cerpen.
Hakikatnya, penulisan naskah drama merupakan tiruan dialog yang hidup. Dialog-dialog
dalam drama membentuk rangkaian peristiwa yang dikemukakan secara naratif. Dalam
novel sering pula terdapat dialog, tetapi dialog dalam novel tidak membentuk rangkaian
narasi. Dalam drama dan novel sama-sama terdapat pelaku yang memerankan tokoh
tertentu, selain keduanya juga memiliki unsur cerita, seperti tema, latar, dan alur cerita. Oleh
136
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
sebab itu, dalam penulisan naskah drama harus diperhatikan unsur-unsur pokoknya, yakni
tema, dialog,
setting
, plot, pelaku, penokohan, dan kon
fl
ik dalam cerita.
Evaluasi
A. Jawablah soal-soal latihan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling
tepat!
1. Jika teman kamu menyatakan “Cintailah cinta agar hidup lebih bermakna!”, pesan yang
terkandung dalam pernyataan tersebut adalah ....
A. permintaan
B. perintah
C. petunjuk
D. nasihat
2. “Belajar dengan
sistem kebut semalam
(SKS) tidak banyak berguna.” Pernyataan ini
mengandung pesan yang bersifat ....
A. tidak langsung
B. tidak nyata
C. terus terang
D. langsung
3. “Jangan melewati gang licin ini, nanti kamu dapat jatuh!” Hal ini mengandung pesan
yang bersifat ....
A. tidak langsung
B. tidak nyata
C. terus terang
D. langsung
4. Komentar terhadap isi pidato yang berbunyi “Isi pidato orang itu sangat buruk, seperti
kentut kuda.” menunjukkan penggunaan bahasa ....
A. tidak baku
B. tidak bermakna
C. tidak santun
D. tidak benar
5. Karya sastra yang lahir sekitar tahun 1930-an sering disebut ....
A. Angkatan Pujangga Baru
B. Angkatan Pujangga Lama
C. Angkatan Balai Pustaka
D. Angkatan Orde Baru
6. Karya-karya sastra (novel) berikut yang tergolong karya sastra
Angkatan Pujangga Baru,
adalah ....
A.
Siti Nurbaya
B.
Azab dan Sengsara
137
Nilai Moral
7
C.
Belenggu
D.
Layar Terkembang
7. Salah satu karakteristik yang membedakan naskah drama dengan novel dan cerpen
adalah ....
A. adanya dialog antara tokoh
B. adanya kon
fl
ik dalam cerita
C. adanya alur cerita
D. adanya latas cerita
8. Tokoh utama yang berperan secara negatif (melawan/menentang) dalam keseluruhan
naskah drama disebut tokoh ....
A. poligonis
B. protagonis
C. ekagonis
D. antagonis
B.
Jawablah pertanyaan berikut secara singkat dan jelas!
1. Jika kamu menyampaikan komentar terhadap isi pidato temanmu di sekolah, jelaskan
bagaimana bahasa yang kamu gunakan dan berikan contoh dalam beberapa kalimat!
2. Tunjukkan nilai-nilai yang terkandung dalam novel dan drama yang pernah kamu baca
dan jelaskan perbedaan pokok antara kedua karya sastra tersebut!
Refleksi
Setelah kamu melaksanakan semua kegiatan dalam pembelajaran ini, cobalah kamu
renungkan kembali apa yang telah dan belum kamu kuasai serta bagaimana kesanmu
terhadap pembelajaran yang kamu lakukan, dengan memberikan tanda centang (
√
) pada
kotak YA atau TIDAK atas dasar pernyataan panduan berikut ini!
No.
Pernyataan Pemandu
Ya
Tidak
1
Saya dapat mengenali ragam bahasa yang digunakan teman
ketika berpidato.
2
Saya dapat membedakan antara bahasa santun dan tidak
santun dalam penyampaian komentar terhadap isi pidato
orang lain.
3
Saya dapat menyebutkan tujuh komponen penting yang perlu
disiapkan dalam pementasan drama.
138
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX
4
Saya telah memahami karakteristik karya sastra pada masa
“Angkatan Balai Pustaka” dan masa “Angkatan Pujangga
Baru”.
5
Dengan membaca karya sastra novel secara intensif, saya dapat
mengenali pola pikir dan perasaan tokoh cerita.
6
Saya telah mengenali karakteristik karya sastra drama.
7
Saya dapat menentukan perbedaan karya sastra drama dengan
karya sastra novel atau cerpen.
8
Saya dapat menyebutkan dan menjelaskan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dalam sebuah naskah drama yang saya baca.
9
Saya dapat mengenali nilai-nilai yang terkandung dalam karya
sastra drama yang saya baca.
10
Saya senang dapat mengambil hikmah membaca karya-karya
sastra drama.
11
Saya dapat mengikuti kegiatan belajar pada bab ini dengan
baik.
12
Menurut saya, latihan-latihan dalam bab ini mudah diikuti dan
membuat saya senang dan bergairah belajar bahasa dan sastra
Indonesia.